PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN DI LOKET
PELAYANAN KTPP DAN BUKU RAWAT JALAN
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. TUJUAN
Sebagai Pedoman kerja Petugas Loket di Loket pendaftaran dalam pelayanan KTPK dan Kartu Rawat Jalan bagi pasien Umum / Askes / Masyarakat Miskin.
2. SASARAN
Petugas Loket dalam mencatat pasien Umum, Askes dan Masyarakat Miskin, membuat KTPK dan Kartu Rawat Jalan bagi Keluarga baru serta mencarikan Kartu Rawat Jalan yang tersimpan dalam Famili Folder bagi Keluarga dengan kunjungan ulang.
3. URAIAN UMUM
a. Pencatatan Register No. Index :
Untuk pasien yang belum / tidak membawa KTPK dicatat nomor index (dalam wilayah kerja : 00.--- dan diluar wilayah kerja : 90.---), Nama KK, Umur & Alamat KK ) pada Register nomor index.
b. Pembuatan KTPP :
Mencatat Identitas (Nama, umur, jenis kelamin, pasien umum / Askes, alamat & nomor index sesuai dengan register nomor index).
c. Pembuatan Kartu Rawat Jalan :
Mencatat nomor index, identitas pasien ( nama pasien, nama KK, pekerjaan, umur, alamat, jenis kelamin, hubungan dengan KK, agama ) dan tanggal kunjungan pertama.
d. Pencatatan pasien :
Pasien dicatat pada register rawat jalan.
e. Mencari Kartu Rawat Jalan :
Mencari Kartu Rawat Jalan di Rak Arsip sesuai dengan nomor index register yang tertera pada KTPK untuk pasien kunjungan ulang.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
b. Petugas mendaftarkan pasien :
- Pasien baru :
- Untuk pasien yang belum punya / tidak membawa KTPP dicatat nomor index (dalam wilayah kerja : 00.--- dan luar wilayah kerja 90.---), Indek Ibu dalam wilayah kerja 0100, anak ke I 0200, anak ke II 0300 dst,Ibu luar wilayah kerja 0190, anak ke I 0290, anak ke II 0390 dst. nama KK, nama pasien, alamat pada register nomor index.
- Petugas membuatkan KTPK.
- Petugas membuatkan Kartu Rawat Jalan.
- Pasien yang sudah memiliki KTPP :
- Petugas mencarikan Kartu Rawat Jalan sesuai nomor index KTPP untuk pasien yang sudah pernah berobat / berkunjung.
- Petugas membuatkan Kartu Rawat Jalan sesuai dengan identitas pasien untuk pasien yang belum pernah berobat / berkunjung.
- Pasien Askes / Jamkesmas / Jamkesda / Non Maskin :
- Petugas meminta pasien menunjukkan Kartu Askes /Jamkesmas/Jamkesda/Non Maskin.
- Petugas mencatat nomor Kartu Askes /Jamkesmas/Jamkesda/Non Maskin.
- Petugas menarik retribusi sesuai Perda bagi pasien dari luar kabupaten.
c. Petugas membawa buku rawat jalan ke tempat tujuan pelayanan yang diinginkan dan petugas di ruang pelayanan yang dituju memanngil serta menerima pasien dan melaksanakan pelayanan sesuai protap / standar pelaynan yang berlaku.
d. Petugas Loket mengambil Kartu rawat jalan ke ruang periksa / pelayanan masing-masing setelah selesai pelayanan dan administrasi di ruang periksa / pelayanan bersangkutan.
e. Petugas Loket menyimpan kembali Kartu Rawat Jalan ke Rak Arsip sesuai dengan nomor index.
==========================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN HECTING
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan tindakan Hecting (Jahit luka) di ruang Pengobatan.
2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan tindakan Hecting ( Jahit luka ) di ruang Pengobatan.
3. URAIAN UMUM :
Sterilisasi alat : Tindakan sterilisasi alat-alat hecting dengan alat sterilisator.
Anastesi : Memberikan suntikan pada daerah luka dengan obat anastesi lokal : lidokain. Penjahitan luka ( hecting ) : Tindakan menjahit luka ( hecting ) dengan alat yang telah disterilkan dan membersihkan luka sesuai dengan keadaan luka (luka bersih dengan Betadin dan luka kotor dengan H2O2, NaCl serta Betadin ).
Perawatan Luka :
- Menutup luka dengan kasa steril dan menganjurkan untuk kontrol kembali 2 hari lagi.
- Pemberian Antibiotika dan Analgetik.
- Pemberian ATS: Penyuntikan. ATS disesuaikan dengan :
- Sifat luka
- Kondisi luka
- Status Imunisasi.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien luka dibawa ke Ruang Tindakan ( R. Pengobatan ).
b. Petugas menyiapkan anestesi lokal dan hecting set steril.
c. Petugas mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
d. Petugas melakukan antiseptis pada daerah luka dan menutupnya dengan dook lubang steril.
e. Petugas melakukan anestesi dengan lidocain pada sekitar tepi luka.
f. Petugas membersihkan luka dengan betadin pada luka yang bersih dan dengan H2O2, cairan NaCl serta betadin pada luka yang kotor.
g. Petugas menjahit luka dengan alat hecting yang telah disterilkan.
h. Petugas merapikan jahitan dengan pinset cirurgis.
i. Petugas membersihkan jahitan dengan betadin.
j. Petugas menutup luka dengan kasa steril dan direkatkan dengan plester.
k. Petugas memberikan ATS bila diperlukan tergantung dari sifat luka, kondisi luka dan status imunisasi sebelumnya.
l. Petugas menganjurkan kepada pasien agar kontrol kembali setelah 2 hari lagi.
m. Petugas memberikan resep antibiotika dan analgetik untuk diambil di apotik Puskesmas.
============================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN INJEKSI INTRA CUTAN
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. Pengertian
a. Memasukkan obat kedalam jaringan kulit dengan memakai jarum suntik
b. Mendapatkan reaksi setempat
c. Memberikan kekebalan, mis. BCG
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk melakukan tindakan suntikan intracutan
3. Kebijakan
a. Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil
b. Penyuntikan dengan menggunakan spuit sekali pakai
4. Prosedur
a. Persiapan alat :
- Bak semprit
- Spuit steril 1 cc
- Obat suntikan
- Kapas desinfektan
- Bengkok
- Alat tulis / buku register pasien.
b. Prosedur :
- Memberitahukan/menjelaskan tindakan pada pasien/keluarga pasien
- Mencuci tangan.
- Membawa alat kepada pasien
- Menyiapkan lingkungan
- Mengatur posisi pasien
- Menentukan dan menghapus hamakan/ disinfektan lokasi suntikan.
- Menusukkan jarum suntik dengan sudut 15O-20O
- Memasukkan obat berlahan-lahan sampai terjadi gelembung putih dalam kulit kemudian jarum dicabut
- Merapikan pasien dan alat
- Mendokumentasikan hasil tindakan
5. Hal-hal yang diperlukan :
a. Daerah suntikan jangan dimasage
b. Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan reaksi suntikan
6. Unit terkait
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
====================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN PEMASANGAN KATETER
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. Pengertian
Tata cara melakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan air kencing
2. Tujuan
Sebagai acuan pelaksanaan pemasangan kateter untuk mengeluarkan air kencing
3. Kebijakan
a. Perawat yang terampil
b. Tersedia alat-alat lengkap
4. Prosedur
a. PERSIAPAN ALAT :
Slang kateter, Kasa dalam tempatnya, Aqua jelly, Betadine, Sarung tangan, Urobag, Aquadest dalam kom, Stik pan / urinal, Spuit 5 cc, Pinset, Plester, Bengkok, Gunting, perlak
b. PENATALAKSANAAN :
- memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien (mengisi inform konsen).
- mendekatkan peralatan disamping penderita
- memasang perlak dan petugas mencuci tangan
- memakai sarung tangan
- mengatur posisi pasien
PADA LAKI-LAKI
- mengolesi slang kateter dengan aqua jelly
- tangan kiri dengan kasa memegang penis sampai tegak ± 60O
- tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong secara pelan-pelan sampai urine keluar
PADA WANITA
- jari tangan kiri dengan kapas cebok membuka labia
- tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong secara pelan-pelan sampai urine keluar
- bila urine telah keluar, pangkal kateter dihubungkan dengan urine bak
- kunci kateter dengan larutuan Aqua/Normal Saline (20-30cc)
- mengobservasi respon pasien
- menggantungkan urobag disisi tempat tidur pasien
- memfiksasi kateter dengan plester pada paha bagian atas
- Pesien dirapikan
- alat-alat dibersihkan dan dibereskan
- perawat cuci tangan
- mencatat kegiatan respon pasien pada buku rawat jalan
==========================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA PASIEN
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. Tujuan
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien
2. Kebijakan
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
3. Prosedur
a. PERSIAPAN ALAT :
- Tabung O2 lengkap dengan manometer
- Mengukur aliran (flowmeter)
- Botol pelembab berisi air steril / aquadest
- Selang O2
- Plester
- kapas alkohol
b. PELAKSANAAN :
- Atur posisi semifoler
- Slang dihubungkan
- Sebelum memasang slang pada hidung pasien slang dibersihkan dahulu dengan kapasa alkohol
- Flowmeter dibuka, dicoba pada punggung tangan lalu ditutup kembali
- Memasang canul hidung, lakukan fixasi (plester)
- Membuka flowmeter kembali dengan ukuran sesuai advis dokter
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Apakah jumlah yang masuk (cc/mnt) sudah sesuai dengan instruksi? Lihat angka pada manometer
Apakah ujung kateter oksigen sudah masuk maksimal kelubang hidung? Bila ujung kateter masih belum masuk maksimal, supaya posisi kateter diperbaiki
Bila memakai oksigen, tetap/masih sianosis à lapor dokter
Memberitahukan pada keluarga pasien untuk melapor kepada petugas bila tabung oksigen / air steril habis.
5. Unit terkait
BP, KIA,POSKESDES
=========================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN PEMELIHARAAN ALAT MEDIS
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. Pengertian
Melaksanakan pemeliharaan alat–alat medis dengan cara membersihkan, mendesinfektan, menyeterilkan, dan menyimpannya
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk pemeliharaan alat medis
3. Kebijakan
a. Perawat yang terampil
b. Alat – alat medis yang lengkap.
4. Prosedur
Pemeliharaan Peralatan dari Logam, membersihkan dan desinfeksi :
Peralatan :
- Alat kotor
- Larutan desinfektan, gelas pengukur
- Bak/ember tempat merendam
- Air mengalir
Prosedur :
- Memakai sarung tangan
- Membersihkan alat dari kotoran yang melekat dibawah air kran mengalir
- Dikeringkan (setelah kering dimasukan ke sterilisator)
Menyeterilkan dan Penyimpanan Alat Logam
Peralatan :
- Alat-alat logam
- Sterilisator
- Panas kering
- Kain pembungkus bila perlu
Prosedur :
- Memakai panas kering (sterilisator)
- Menyusun alat-alat ke dalam bak instrumen dalam keadaan bersih/kering
- Membungkus bak instrumen berisi alat dengan kain
- Memasukkan alat ke dalam autoclave (sentral) selama 30 menit untuk yang dibungkus, 20 menit untuk yang tidak dibungkus.
- Mengangkat alat dari sterilisator dan menyimpan dalam tempatnya
Pemeliharaan Tensi Meter
- Mengunci air raksa setelah pemakaian alat.
- Menggulung kain beserta manset dan disusun / dimasukkan ke dalam bak tensimeter.
- Menutup tensimeter dan menyimpan pada tempatnya.
- Kain manset dicuci bila kotor atau satu kali seminggu.
- Perhatikan kaca pengukur harus tetap dalam keadaan bersih dan mudah di baca.
Membersihkan Dan Mendesinfeksi Serta Menyimpan Pispot
Peralatan
- Pispot + urinal kotor.
- Sarung tangan
- Larutan desinfektan (bayclin)
- Bak septik tank
- Keranjang sampah.
- Bak/ ember tempat merendam.
- Lap bersih dan kering.
- Sikat bertangkai
Prosedur
- Membawa pispot yang kotor ke dalam spoel hoek.
- Memakai sarung tangan.
- Membuang tissue bekas pakai keranjang ke keranjang sampah, dengan memakai korentang spoel hoek
- Membuang kotoran ke bak septik tank, kemudian mengalirkan air kran supaya kotoran masuk tangki septik tank. Membilas alat dari kotoran yang masuk, melekat dengan mempergunakan sikat bertangkai
- larutan desinfektan sampai semua permukaan pispot terendam.
- Membersihkan pispot dengan cara menyikat memakai air sabun/ detergen.
- Membilas pispot di bawah air mengalir
- Merendam pispot di bak /ember tempat perendam yang berisi (bayclin)
- Mengeringkan pot dengan kain lap.
- Menyimpan pot pada tempatnya.
Membersihkan Dan Mendesinfeksi Serta Menyimpan Urinal
Peralatan
- Urinal yang kotor.
- Sarung tangan
- Larutan desinfektan
- Bak septik tank.
- Bak/ ember perendam
- Lab bersih dan kering
- Sikat
Prosedur
- Membawa urinal ke kamar spoel hoek.
- Memakai sarung tangan.
- Membuang urinal ke bak septik tank.
- Membilas urinal dengan air.
- Merendam urinal dalam bak/ ember yang berisi larutan desinfektan sampai semua permukaan urinal terendam (konsentrasi sama dengan perendaman pispot)
- Memberihkan dengan cara menyikat memakai sabun/detergen
- Membilas urinal dibawah air mengalir
- Mengeringkan urinal dan menggantungkannya ditempatnya
========================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN PENANGANAN CEDERA KEPALA
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Penanganan yang dilakukan pada kasus cedera kepala
2. TUJUAN
Sebagai pedoman kerja bagi petugas medis/paramedis dalam memberikan pertolongan pertama.
3. PROSEDUR
Periksa cepat adanya kelainan A-B-C,lalu tangani segera
Lakukan tindakan resusitasi
A : Air Way (saluran nafas)
- Bebaskan saluran nafas dengan posisi, buka mulut, bersuhkan muntahan, lendir, benda asing.
- Perhatikan tulang leher, immobilisasi, cegah gerakan hiperekstensi, hiperlefleksi, rotasi.
- Semua penderita tidak sadar harus dianggap ada cedera tulang leher
B : Breathing (pernafasan)
- Suara nafas bersih, hembusan nafas baik, gerakan nafas dada baok bila tidak baik, lakukan nafas buatan (mulut ke mulut atau pakai alat).
- Beri masker oksigen/nasal
C : Circulation (peredaran darah)
- Denyut jantung negatif mungkin cardiac arrest maka lakukan resusitasi jantung
- Bila syok (tensi < 90 mmHg dan nadi > 100 x/menit atasi dengan infus cairan Ringer Laktat (RL), cari sumber perdarahan (tulang, thorak, abdomen, pelvis). Ingat luka di kepala orang dewasa hampir tidak pernah menyebabkan syok.
- Bila tensi < 90 mmHg nadi juga < 90 x/menit pikirkan kemungkinan spinal syok,batasi cairan.
- Hentiksn perdarahan dari luka terbuka
D : Disability (kelainan neurologis dan lain-lain)
- Periksa kesadaran : memakai score dari Glasglow Coma Scale
- Pupil : bentuk /besarnya, reaksi cahaya
- Periksa bagian tubuh lain secara cepat antara lain : nyeri/jejas di dada, perut, tungkai, panggul, leher.
Posisi tidur
Cegah head down ( kepala lebih rendah dari tubuh) karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan tekanan intrakranial.
Posisi yang baik ialah miring (badan menumpu pada bahu, panggul, dan lutut pada satu sisi), kecuali bila ada fraktur servical.
==========================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN SYOK ANAFILAKTIK
NO : 04/PK.405.0904/2011
TANGGAL : 29 April 2011
TERBIT KE : I
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan penanganan Syok Anafilaktik.
2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan / Penatalaksanaan Syok Anafilaktik di Ruang Pelayanan.
3. URAIAN UMUM :
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik :
Penyuntikan Adrenalin 0,3 – 0,5 ml SC/ IM bila pasien mengalami reaksi / syok setelah penyuntikan (dengan tanda-tanda : sesak, pingsan, kelainan kulit).
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Penanganan Utama dan segera :
- Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
- Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
- Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml )
- Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 – 0,5 ml (anak : 0,01 ml/kgbb), dapat diulang tiap lima menit, pada tempat suntikan atau sengatan dapat diberikan 0,1 – 0,3 ml
- Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pada pemberian secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis ( dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg / ml ) diencerkan dalam 10 ml larutan garam faali dan diberikan selama 10 menit.
- Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sampai syok teratasi.
- Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole kurang dari 100 mmHg.
- Pemberian oksigen 5-10 L/menit
- Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga medis.
b. Penanganan Tambahan :
- Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.
- Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB setiap 6 jam atau deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anafilaktik.
- Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila terjadi tanda – tanda bronkospasme, dapat diikuti dengan infuse 0,6 mg /kgbb/jam, atau brokodilatator aerosol (terbutalin, salbutamol ).
c. Penanganan penunjang :
- Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasan.
- Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama.
========================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Kejang yang ditimbulkan karena adanya peningkatan suhu tubuh penderita.
2. TUJUAN
Sebagai acuan untuk penenganan penderita kejang demam.
3. KEBIJAKAN
Dokter , perawat dan bidan yang terampil
Obat dan peralatan yang lengkap
4. PERSIAPAN OBAT DAN ALAT
Obat- obatan : valium injeksi,diazepam injeksi,stesolid rectal
Alat-alat : tongue spatel yang ujungnya terbungkus kasa,bak injeksi,bengkok,kapas alcohol,was lap,air dingin,thermometer rectal dan axiler.
Bahan : tabung oksigen lengkap
5. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
PEMERIKSAAN
- Suhu Rectal lebih dari 38®C
- Terdapat kejang klonik atau tonik klonik bilateral
PENATALAKSANAAN
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan :
Pengobatan fase akut
- Pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah dan muntahan, jalan nafas harus bebas.
- Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik intrarectal bila oranl tidak memungkinkan.
- Kejang dihentikan dengan pemberian Diazepam, intravena atau intra rectal dosis 5 mg ( BB < 10 kg ) atau 10 mg ( BB > 10 kg ), bila kejang tidak berhenti dapat diulang 5 menit kemudian, bila kejang tidak berhenti juga, reujuk segera.
- Mencari dan mengobati penyebab
- Ini dilakukan untuk pasien yang mengalami serangan kejang untuk pertama kalinya (dilakukan di rumah sakit)
- Pengobatan Profilaksis
Diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kg. BB/hari dibagi 3 dosis saat pasien demam.
=====================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN PASIEN
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pemeriksaan di ruang Pengobatan.
2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pemeriksaan pasien di ruang Pengobatan.
3. URAIAN UMUM :
Anamnesa :
Wawancara terhadap pasien atau keluarganya mengenai :
- Keluhan Utama.
- Keluhan tambahan.
- Riwayat penyakit terdahulu.
- Riwayat penyakit keluarga.
- Lamanya sakit.
- Pengobatan yang sudah dilakukan.
- Riwayat alergi obat.
Pemeriksaan Fisik :
- Inspeksi : Keadaan umum pasien.
- Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan,konsistensi hepar / lien.
- Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar, kemungkinan adanya ascites.
- Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltic usus.
Pelayanan Rujukan : Untuk pasien yang tidak mampu ditangani di Puskasmas diberikan surat rujukan ke RSU dengan menggunakan blangko surat rujukan yang tersedia sesuai jenis pasien (pasien umum, ASKES, JPK-MM ).
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
Pasien dari loket pendaftaran menuju Ruang Pengobatan untuk menyerahkan kartu rawat jalan yang diterimanya di loket, kemudian menunggu di ruang tunggu sesuai antrean.
Petugas di R. Pengobatan memanggil pasien untuk masuk ke Ruang periksa sesuai nomor urut.
Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu rawat jalan.
Petugas / dokter melakukan anamnesa terhadap pasien sbb :
- Keluhan Utama.
- Keluhan tambahan.
- Riwayat penyakit terdahulu.
- Riwayat penyakit keluarga.
- Lamanya sakit.
- Pengobatan yang sudah dilakukan.
- Riwayat alergi obat.
Petugas / dokter melakukan pemeriksaan, sbb :
- Inspeksi : Keadaan umum pasien.
- Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi hepar / lien.
- Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar, kemungkinan adanya ascites.
- Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltik usus.
Petugas / dokter melakukan rujukan pasien ( bila ada indikasi ) ke :
- Laboratorium
- Ruang Pelayanan Gilut
- KIA
- KB
- RSU.
Petugas / dokter melakukan rujukan pasien dengan menggunakan blangko rujukan yang tersedian sesuai jenis pasien ( Umum, ASKES, JPK-MM )
Petugas / dokter mencatat hasil pemeriksaan pada kartu rawat jalan.
Petugas / dokter melakukan penegakan diagnosa, menentukan tindakan therapi sesuai Buku Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas dan Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yang berlaku.
Petugas / dokter memberikan resep obat kepada pasien untuk pengambilan obat di apotik Puskesmas.
Petugas mengisi Register rawat jalan berdasarkan catatan pada kartu rawat jalan dan membuat sensus harian penyakit.
Berikut Pedoman Diagnosa dan Therapi Dasar 10 ( sepuluh ) Besar Penyakit di Puskesmas Banjarangkan II :
1. ISPA.
Untuk ISPA dan PNEUMONI pada bayi dan balita penatalaksanaannya harus sesuai dengan protap MTBS. Pada penderita dewasa kasus ISPA yang kami cantumkan adalah faringitis akut dan rhinitis.
2. FARINGITIS AKUT
Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis). Penyebabnya biasanya virus yang menyerang jaringan limfoid faring. Iritasi makanan yang merangsang sering merupakan factor pencetus atau yang memperberat. Infeksi sekunder dapat terjadi oleh sebagian kuman seperti golongan streptokokus, haemophilus influenza, dan kuman anaerob.
Perjalanan penyakit tergantung pada adanya infeksi sekunder dan virulensi kumannya serta daya tahan tubuh penderita, tetapi biasanya faringitis sembuh sendiri dalam 3-5 hari.
a. Gambaran Klinis :
- Keluhan yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan sakit menelan yang mungkin didahului oleh pilek atau gejala influenza lainnya. Nyeri ini kadang sampai ke telinga (otalgia) karena adanya nyeri alih (referred pain) oleh N IX.
- Heperemia pada jaringan limfoid didingding belakang faring yang kadang disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi sekunder . pada permukaannya mungkin terlihat alur-alur secret mukopurulen.
b. Penatalaksanaan :
- Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza.
- Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus.
- Penggunaan antiseptic local dan antibiotic isap tidak dianjurkan, sedangkan dekongestan dan antihistamin belum terbukti khasiatnya.
- Infeksi sekunder jarang sekali terjadi, tetapi bila ada, diberikan antibiotik, dan yang terpilih adalah eriromisin 4x250 mg, amoksisillin 3x500mg atau penicillin V 3x500 mg
3. RINITIS
Rinitis tergolong infeksi saluran napas yang dapat muncul akut atau kronik. Rinitis akut biasanya disebabkan oleh virus yaitu pada selesma atau menyertai campak, tetapi dapat juga menyertai infeksi bakteri seperti pertusi. Rinitis disebut kronik bila radang berlangsung lebih dari 1 bulan. Rinitis alergi, rhinitis vasomotor, dan rhinitis medikamentosa digolongkan dalam rhinitis kronik. Rinitis kronik dapat berlanjut menjadi sinusitis. Salah satu bentuk rhinitis kronis adalah rhinitis atropi yang diduga disebabkan oleh kuman. Kliebsiella ozaena atau akibat sinusits kronis, difisiensi vitamin A.
a. Gambaran Klinis
- Ingus kental umumnya nenunjukkan telah ada infeksi sekunder oleh bakteri.
- Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor mudah dibedakan dari rhinitis infeksi karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat serangan saja.
- Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada pemeriksaan hidung tampak rongga hidung yang lapang karena konka mengalami atropi.
b. Penatalaksanaan
- Rinitis akut yang menyertai influenza dapat diobati dengan dekongestan sistemik seperti influenza
- Kebiasan menggunakan kongestan tetes hidung pada rhinitis kronis sering menyebabkan terjadinya rhinitis medikamentosa yang secara klinis menyerupai rhinitis vasomotor.
- Pada rhinitis atropi hidung dicuci dengan air garam. Dekongestan akan memperburuk keadaan.
- Pengobatan rhinitis alergi atau rhinitis vasomotor dapat ditambah dengan CTM 1-2mg/kali
4. PENYAKIT KULIT ALERGI (URTIKARIA)
Urtikaria merupakan reaksi alergi terutama bermanifestasi dikulit berupa udema yang timbul cepat dan menghilang perlahan. Reaksinya dapat berlangsung akut dan kronis. Udema dapat terjadi dijaringan yang lebih dalam (angiodema)misalnya disubkutan, saluran napas, saluran cerna atau diorgan kardiovaskular. Udema di laring dapat berakibat fatal.
Penyebab
Obat-obatan (Penissilin)
Makanan(telur,ikan , kacang)
Gigitan serangga
Fotosensitizer(Fenothiasin)
Zat terisap (debu ,polutan)
Zat pajan(cat rambut)
Trauma fisik
Infeksi (gigitan)
Investasi parasit (cacing)
Factor psikis
Factor genetic
Penyakit sistemik (kolagen, keganasan)
a. Gambaran Klinis :
- Kelainan kulit berupa udema yang gatal(urtika), panas sampai nyeri. Udemmya beragam dari yang kecil (bentuk milier sampai yang luas berbentuk plakat.
- Udem disaluran napas menyebabkan sumbatan jalan napas.
b. Penatalaksanaan :
Faktor penyebab harus dihilangkan
- Bentuk yang akut dengan sumbatan jalan napas memerlukan injeksi adrenalin o,3 ml disusul dengan kortikosteroid : deksametason iv. 5 mg yang dapat diulang sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu usahakan untuk membebaskan jalan napas, kemudian cepat rujuk penderita kerumah sakit.
- Antipruritus topical misalnya bedan mengandung mentol atau kamfor hanya bersipat simtomatik, tetapi dapt memperberat keadaan.
5. REMATIK/ARTRITIS
Artritis dapat berupa osteoatritis (OA) atau arthritis rheumatoid (AR), tetapi yang paling banyak, dijumpai adalah asteotritis. Pada AO factor penyebab utama adalah trauma/ pengausan sendi sedangkan pada AR factor imunologi yang berperan.
Gejala arthritis bervariasi tergantung sendi mana yang terlibat. AO lebih sering menyerang sendi penyokong berat badan. Oleh karena itu obesitas harus dihindari. Sementara itu , AR mulanya lebih sering menyerang sendi-sendi kecil misalnya sendi pergelangan tangan atau kaki, tetapi dalam tingkat lanjut dapat menyerang juga sendi-sendi besar seperti sendi bahu dan pinggul.
Keluhan lain yang mirip dengan Artritis adalah rheumatism yang sebenarnya berasal dari jaringan lunak diluar sendi. Yang dikenal awal sebagai encok sebagian besar adalah rheumatism.
a. Gambaran Klinis :
- Sendi yang terserang biasanya bengkak, merah, dan nyeri
- Serangan AR biasanya dimuali dengan gejala prodromal berupa badan lemah, hilang napsu makan, nyeri dan kaku seluruh badan. Gejala pada sendi biasanya timbul bertahap setelah beberapa minggu atau bulan.
- Nyeri sendi pada AR bersipat hilang timbul, ada masa remisi, bersipat simetris bilateral, dan berhubungan dengan udara dingin.
- Serangan OA biasanya sesisi. Gejala utamanya adalah nyeri sendi yang berhubungan dengan gerak. Penderita juga merasakan kaku pada sendi yang terserang.
- Pada pemeriksaan radiologi OA biasanya memperlihatkan pelebaran sendi pada tahap awal, osteofit, sclerosis tulang, dan penyempitan rongga antar sendi pada tahap lanjut.
- Deformitas dapat terjadi pada OA maupun AR setelah terjadi destruksi sendi.
b. Penatalaksanaan :
- Keluhan pada sendi/jaringan lunak disekitarnya dapat diatasi dengan analgesik biasa atau dengan anti inflamasi non steroid yang sebaiknya diberikan sesudah makan aspirin 3x1 gr/hari, indometasin 3x25mg/hari, fenilbutason 3x200 mg/ hari, ibuprofen 3x 400 mg/hari
- Mengistirahatkan sendi diperlukan dalam keadaan akut.
- Selanjutnya pada OA, mungkin penderita perlu diperbaiki sikap tubuh, mengurangi berat badan, atau melakukan fisioterapi.
6. TUKAK LAMBUNG / GASTRITIS
Penyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh sambal, cuka, nanas, dan teh kental,alcohol,obat,stress, emosi, atau oleh terlambat makan. Pada keadaan ini terjadi gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan mukosa. Penyakit sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helycobacter jejuni juga berperan dalam penyakit ini.
a. Gambaran Klinis :
- Penderita biasanya mengeluh perih dan tidak enak uluhati.
- Gastritis erosive akibat obat sering disertai pendarahan.
- Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.
b. Penatalaksanaan :
- Penderita gastritis akut memerlukan tirah baring. Selanjutnya ia harus membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makan yang merangsang.
- Keluhan akan segera hilang dengan antasida (Al Hdroksida, Mg Hidroksida) yang diberikan menjelang tidur, pagi hari, dan diantara waktu makan
- Bila muntah sampai mengganggu dapat diberikan tablet Proklorperazin 3 mg, satu jam sebelum makan (1-3 hari saja)
- Penderita dengan tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena perlu segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan terjadi pendarahan pada tukak lambung yang dapat melanjut menjadi perforasi.
7. GASTRO ENTERITIS (DIARE NONSPESIFIK)
Diare non spesifik adalah diarre yang bukan di sebabkan oleh kuman khusus maupun parasit. Penyebabnya adalah Virus, makanan yang merangsang atau yang tercemar toksin, gangguan pencernaan dsb.
WHO telah nenetapkan empat unsure utama dalam penanggulangan diare akut yaitu :
- Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral ( URO ) untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi.
- Melanjutkan Pemberian makanan seperti biasa, terutama Asi, selama diarre dalam masa penyembuhan.
- Tidak menggunakan anti diarre, sementara anti biotik maupun anti mikroba hanya untuk tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis.
- Pemberian petunjuk yang efektive bagi ibu dan anak serta keluarga tentang upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan cara mencegah diarre di masa yang akan datang.
a. Gambaran klinis :
- Demam yang sering menyertai penyakit ini memperberat dehidrasi. Gejala dehidrasi tidak akan terlihat sampai kehilangan cairan mencapai 4-5 % berat badan.
- Gejala dan tanda dehidrasi antara lain :
Rasa haus
Menurunnya turgor kulit
Mata cekung
Air mata tidak ada
Ubun – ubun besar cekung pada bayi
Oligouria,kemudian anuria
Hypotensi
Tachi kardi
Menurunnya kesadaran
Bila kekurangan cairan mencapai 10 % atau lebih penderita jatuh ke dalam dehidrasi berat dan bila berlanjut dapat terjadi syok dan kematian.
b. Penatalaksanaan :
Dasar pengobatan Diarre akut adalah rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama adalah menentukan derajat dehidrasi.
Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap dehidrasi karena kolera.
8. HYPERTENSI
Tekanan darah yang di anggap Normal pada orang dewasa adalah Sistolik 140 mmHg dan diastolic 90 mmHg. Orang yang tekanan darah sistoliknya mencapai 160 mmHg atau tekanan darah diastolic 95 mmHg tergolong dalam Hipertensi Borderline. Peningkatan tekanan sistolik erat hubungannya dengan berkurangnnya elastisitas pembuluh darah. Sekitar 80 % penderita hipertensi tergolong Hipertensi Essensial.
a. Gambaran Klinis :
- Umumnya hipertensi primer tidak memberikan keluhan dan tanda klinis khusus tetapi mungkin terdapat pusing, sakit kepala, rasa lelah.
- Epistaksis, gelisah, muka merah, dan sebagainya bukanlah gejala spesifik.
- Komplikasi yang menimbulkan gejala antara lain insufisiensi sirkulasi otak dan jantung, perdarahan pada retina, gagal jantung kiri.
- Diagnosis Hipertensi di tegakkan apabila kenaikan tekanan darah ini bersifat menetap pada pemeriksaan ulang dalam jarak waktu 1 – 2 minggu.
b. Penatalaksanaan :
- Pengobatan farmakologi langsung di mulai pada hipertensi sedang berat. Hipertensi ringan sedang dicoba dulu diatasi dengan terapi non obat selama 2-4 minggu.
- Tujuan Pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah untuk mencegah komplikasi ( kardiovaskular, pembuluh darah otak, dan ginjal).
- Terapi nonfarmakologik meliputi pengendalian berat badan,diet rendah garam (kecuali bila penderita mendapat HCT), mwngurangi makan lemak, menghentikan kebiasaan merokok dan minum alcohol.
- Terapi obat pada hipertensi ringan sedang dimulai dengan salah satu obat berikut ini :
Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg / hari dosis tunggal pada pagi hari
Reserpin 0,1 - 0,25 sehari sebagai dosis tunggal
Propranolol 2 x 20 - 40 mg sehari
Kaptopril 2 x 12,5 - 25 mg sehari
- Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terndah dengan evaluasi berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita penggunaan obat harus lebih hati-hati
- Hipertensi sedang berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propranolol, atau HCT + Kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif.
- Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi diatas, ditambahkan metildopa 2 x 125 - 250 mg atau reserpin 0,1 - 0,25 mg/ hari
- Penderita asma bronchial tidak boleh diberikan beta bloker.
9. NYERI PINGGANG BAWAH/LOW BACK PAIN
Nyeri pinggang bawah atau Low Back Pain merupakan keluhan yang umum dan hampir semua orang pernah mengalami namun jarang berakibat berat atau fatal. Nyeri pinggang bawah adalah suatu gejala yang berupa rasa nyeri didaerah lumbosakral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab dan pernah dialami oleh sebagian besar (Ä…80 % ) penduduk pada suatu ketika dalam hidupnya, atau paling sedikit satu kali dalam hidupnya.
Kadang disertai juga dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Sering kali diagnosis yang pasti tisak dapat dibuat dengan mudah karena kurangnya pendekatan diagnostic dan penyebab nyeri pinggang bawah yang bermacam-macam serta melibatkan banyak disiplin ilmu.
Nyeri pinggang bawah dapat berasal dari nyeri setempat, yaitu berasal dari fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra,ligamen, dan artikulasi ; nyeri radikuler, yaitu neri karena iritasi radiks, baik yang bersipat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan, atau jepitan; nyeri rujukan (referred pain) misalnya karena gangguan alat-alat intraabdominal, retroperitoneal, ,atau alat-alat di pelvis; nyeri iskemik seperti misalnya pada klaudikasio intermittens akibat penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis; dan nyeri akibat spasmus otot-otot,misalnya akibat sikap duduk, tidur berjalan atau berdiri yang salah atau karena kecemasan kronik/depresi (nyeri psikogenik)
10. EPILEPSI
Epilepsi adalah kelainan fungsional otak yang serangannya bersipat kumat-kumatan. Bentuk serangan yang paling sering adalah kejang yang dimulai dengan hilangnya kesadaran, hilangnya kendali terhadap gerak, dan terjadinya kejang tonik atau klonik pada anggota badan.
Dari pola serangannya epilepsy dibedakan atas epilepsy umum misalnya epilepsy grand mall, petit mall, atau mioklonik, dan epilepsy parsial misalnya serangan fokal motorik, fokal sensorik.
Kelainan organis di otak juga dapat menimbulkan epilepsy sehingga kemungkinan ini perlu dipikirkan.
a. Gambaran Klinis :
- Serangan grand mall sering diawali dengan aura berupa rasa terbenam atau melayang. Kemudian terjadi kejang tonik seluruh tubuh selama 20-30 detik diikuti kejang klonik pada otot anggota, otot punggung, dan otot leher yang berlangsung 2-3 menit. Kejang tampak bilateral, napas nmendengkur, mulut berbusa, dan dapat terjadi inkontinensia. Setelah kejang hilang penderita terbaring lemas atau tertidur 3-4 jam, kemudian kesadaran berangsur pulih. Setelah seangan sering pasien berada dalam keadaan bingung.
- Serangan Petit mall disebut juga serangan lena diawali dengan hilangnya kesadaran selama 10-30 detik. Selama fase lena (absence) kegiatan motorik terhenti dan pasien dian tak beraksi. Kadang tampak seperti tak ada serangan tetapi ada kalanya timbul gerakan klonik pada mulut atau kelopak mata.
- Serangan mioklonik merupakan kontraksi singkat suatu otot atau kelompok otot.
- Serangan parsial sederhana motorik dapat bersipat kejang yang dimulai disalah satu tangan dan menjalar sesisi sedangkan serangan parsial sensorik dapat berupa serangan rasa baal atau kesemutan unilateral
b. Penatalaksanaan :
- Prinsip umum Terapi epilepsi idiopatik adalah mengurangi atau mencegah serangan, sedangkan terapi epilepsy organic ditujukan terhadap penyebab.
- Faktor pencetus serangan, misalnya kelelahan, emosi, atau putusnya makan obat harus dihindarkan.
- Bila terjadi serangan kejang, upayakan menghindarkan cedera akibat kejang, misalnya tergigitnya lidah atau luka dan cedera lain
- Prinsip pengobatan antikejang:
- Sedapat mungkin gunakan obat tunggal, dan mulai dengan dosis rendah
- Bila obat tunggal dosis maksimal tidak efektif gunakan dua jenis obat dengan dosis terendah
- Bila serangan tak teratasi pikirkan kemungkinan ketidakpatuhan penderita, penyebab organik, pilihan dan dosis obat yang kurang tepat.
- Bila selama 2-3 tahun tidak timbul lagi serangan, obat dapat dihentikan bertahap
- Pilihan antiepilepsi
- Fokal/parsial Fenobarbital atau fenitoin
- Umum Fenobarbital atau fenitoin
- Tonik klonik Fenobarbital atau fenitoin
- Mioklonik Klonazepam atau diazepam
- Serangan lena Klonazepam atau diazepam
- Dosis antiepilepsi untuk serangan kejang diberikan diazepam 0,05-0,15 mg/kgbb/hari i.v. dengan titrasi dosis sampai kejang hilang atau 0,4-0,6 mg/kgbb /hari perrektal.
Untuk maintenance:
- Fenobarbital 1-5 mg/kgbb/ hari 1x/hari
- Fenitoin 4-20 mg/ kgbb/hari 2-3x/hari
- Klonazepam 3-8mg/hari
- Sodium valproat 600 mg/ hari
11. ASMA BRONKIALE
Serangan asma bronkiale sering dicetuskan oleh ISPA, tekanan emosi, kerja fisik atau rangsang sesuatu yang bersipat allergen. Menjauhkan penderita dari sumber rangsang sangat penting, misalnya dari asap rokok, insektisida, debu, dan hewan piaraan.
a. Gambaran klinis :
- Sesak napas pada asma khas disertai suara mencici ( mengi) akibat kesulitan ekspirasi.
- Pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang.
- Keadaan sesak berat yang ditandai dengan giatnya otot-otot Bantu pernapasan dan sianosis dikenal sebagai status asmatikus yang dapat berakibat fatal.
b. Penatalaksanaan :
- Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan
- Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1:1000 0,2-0,3 ml subkutan yang dapat diulangi beberapa kali dengan interval 10-15 menit. Dosis anak 0,01 mg/kgbb yang dapat diulang
- Bronkodilator terpilih adalah teofillin 3x100-150 mg pada orang dewasa dan 10-15 mg/kgbb/hari untuk anak
- Pilihan lain : salbutamol 3x2-4 mg untuk dewasa
- Efedrin 3x10-15 mg dapat dipakai untuk menambah khasiat teofillin.
- Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong dan diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus. Namun pemberiannya tidak boleh terlambat.
- Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan perawatan intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikut :
- Penderita diinfus glukosa 5 %
- Aminofillin 5-6 mg/ kgbb disuntikkan i.v perlahan bila penderita belum memperoleh teofillin oral
- Prednison 2x10-20 mg sehari untuk beberapa hari, kemudian diturunkan dosisnya sehingga secepat mungkin dapat dihentikan
- Bila belum dicoba diatasi adrenalin, maka dapat digunakan dulu adrenalin
12. SKIZOFRENIA
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa (psikosis) yang serangannya mungkin timbul akut. Diagnosis skizofrenia ini baru dapat ditegakkan bila gangguan timbul pada usia sebelum 45 tahun dan gejalanya sudah berlangsung paling sedikit 6 bulan. Setiap pasien yang dicurigai menderita skizofrenia harus diperiksakan ke psikiater setelah disingkirkan adanya kelainan organic.
a. Gambaran Klinis :
- Penderita psikosis akut mungkin dating dengan tingkah laku gaduh dan mengacau atau mungkin didahului oleh gejala awal (prodromal) berupa penarikan diri dari hubungan sosial, gangguan nyata dalam fungsi peran misalnya sebagai pencari nafkah , bertingkah laku aneh gangguan nyata dalam hygiene diri dan berpakaian, afek yang tumpul, mendatar atau tak serasi, bicara ngelantur, menunjukkan ide (gagasan) yang aneh atau pikiran magis seperti takhyu, gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri, adanya ilusi dan lain sebagainya.
- Untuk menegakkan diagnostic gangguan skizofrenia maka harus dipenuhi kriretia diagnostic dibawah ini :
- Sedikitnya terdapat satu dari beberapa tanda ini selama suatu fase penyakit : waham yang aneh, halusinasi, hilangnya asosiasi pikiran (inkoherensi), tingkah laku kacau (Disorganized).
- Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial, dan perawatan dirinya.
- Gejala berlangsung terus menerus selama paling sedikit 6 bulan yang mencakup fase aktif dengan atau tanpa fase prodromal maupun fase residual yaitu masa setelah fase aktif yang menunjukkan sedikitnya 2 gejala prodromal.
- Tidak ada kelainan organic.
b. Penatalaksanaan :
- Bila pasien sangat gaduh sehingga mengganggu lingkungan atau membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri maka penderita harus dirawat.
- Berikan klorpromazin 3x 100 mg yang dapat dinaikkan ( setelah 1 minggu) menjadi 3x200 mg bila belum tampak perbaikan. Bila telah ada respon maka dosis dipertahankan selama 4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat mengurus dirinya sendiri
- Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan dosis rumat (Biasanya 3x50-100 mg) dipertahankan selam 3 bulan
- Obat pilihan lain adalah tioridazin 3x 100 mg, triffluoperazin 3x5mg, haloperidol 3x1-5 mg
- Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan pemberian injeksi flufenazin dekanoat sekali sebulan.
- Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping
- Penderita harus dijauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan dirinya atau orang disekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan hidupnya sehari-hari harus tetap diperhatikan.
===========================================================
PROSEDUR PENGOBATAN
PELAYANAN PERAWATAN LUKA BAKAR
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. Pengertian
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (misalnya : api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (misalnya : asam -kuat dan basa kuat)
2. TUJUAN PERAWATAN
- Mencegah masukan kuman-kuman dan kotoran kedalam luka
- Mencegah sekresi yang berlebihan
- Mengurangi rasa sakit
- Mengistirahatkan bagian tubuh yang luka atau sakit
- Merawat semua derajat luka bakar sesuai dengan kebutuhan
3. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka bakar sesuai dengan derajatnya.
4. Kebijakan
Perawat yang terampil
Alat-alat yang lengkap
5. Prosedur
- PERSIAPAN ALAT STERIL : pinset anatomi, Kassa, Pinset chirurge, Kapas, Gunting , Hand scoen, bengkok, spuit, kom kecil, NaCl
- BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL : Gunting balutan , SSD (silver sulfa diacin), Plester, Tempat sampah, Verban
6. PELAKSANAAN :
- Memberitahu pasien dan keluarga
- Menilai derajat luka bakar
- Bila luka bakar derajat I dan II dilakukan perawatan luka,dan bila luka bakar derajat III dan IV dirujuk.
- Perawat cuci tangan
- Mengatur posisi (perawat memakai hand scoen)
- Perawat membersihkan luka bakar
- Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl kemudian mengoles salep SSD dengan menggunakan kasa dijepit pinset.
- Alat – alat dibereskan
- Pasien pulang
=================================================================
=================================================================
=================================================================
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)
PELAYANAN PEMASANGAN IUD
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan pemasangan IUD di Klinik KB Puskesmas Sukosari.
2. SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan pemasangan IUD.
3. URAIAN UMUM :
· Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
· Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
· Pemeriksaan fisik akseptor IUD.
· Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal kunjungan kembali.
· Persiapan alat dan pelaksanaan pemasangan IUD.
· Pencatatan dan pelaporan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
· Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.
· Petugas melakukan anmnesa kepada akseptor tentang : memberikan informit consent
o Identitas akseptor.
o Jumlah anak.
o Menstruasi terakhir.
o Riwayat penyakit ( tumor, jantung, DM, dll ).
· Petugas melakukan pengisian status sesuai dengan hasil anmnesa.
· Petugas melakukan pemeriksaan :
o Mengukur Berat Badan.
o Mengukur Tekanan darah.
o Melakukan pemeriksaan khusus :
Mata : warna sklera ?
Payudara : ada benjolan ?
Leher : kelainan tyroid ?
Perut : pembesaran uterus / benjolan ?
Genetalia : abces bartholini, varices, tumor, polip, erosi, leochore,
tanda tanda PID, posisi rahim
tanda tanda PID, posisi rahim
Anus : haemoroid ?
Ekstremitas : varices ?
· Petugas melakukan konseling / penyuluhan tentang efek samping dan jadwal kunjungan kembali.
· Petugas menyiapkan alat dan IUD yang steril.
· Petugas memakai hand scoen dan melaksanakan pembersihan vulva.
· Petugas melakukan pemeriksaan dalam ( Porsio, uterus, terhadap kemungkinan adanya massa).
· Petugas melakukan pemasangan spekulum dan menentukan bentuk uterus ( antefleksi /
retrifleksi, panjang uterus.
retrifleksi, panjang uterus.
· Petugas memasukkan IUD ke dalam tabung insersi, selanjutnya melakukan insersi dan memotong
tali IUD.
· Petugas membersihkan alat-alat yang telah dipakai.
· Petugas menyerahkan Kartu KB yang telah diisi kepada akseptor.
· Petugas melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-1 dan Register KB.
========================================================
PROSEDUR PELAYANAN KB
PELAYANAN KB SUNTIK
NO : 04/PK.405.0904/20
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan KB. Suntik di Klinik KB Puskesmas Sukosari.
2. SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan KB. Suntik.
3. URAIAN UMUM :
· Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
· Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
· Pemeriksaan fisik akseptor KB. Suntik.
· Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal kunjungan kembali.
· Persiapan alat dan pelaksanaan penyuntikan.
· Pencatatan dan pelaporan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
· Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.
· Petugas melakukan anmnesa kepada akseptor tentang :
o Identitas akseptor.
o Jumlah anak.
o Menstruasi terakhir.
o Riwayat penyakit ( tumor, jantung, DM, dll ).
o Pengisian informit consent
· Petugas melakukan pengisian status sesuai dengan hasil anmnesa.
· Petugas melakukan pemeriksaan :
o Mengukur Berat Badan.
o Mengukur Tekanan darah :
Bila tekanan darah normal suntik KB diberikan.
Bila tekanan darah lebih dari 150 mmhg, pasien dianjurkan ganti kontrasepsi non hormonal.
o Melakukan pemeriksaan khusus :
Mata : warna sklera ?
Payudara : ada benjolan ?
Leher : kelainan tyroid ?
Perut : pembesaran uterus / benjolan ?
Ekstremitas : varices ?
· Petugas melakukan konseling / penyuluhan tentang efek samping dan jadwal kunjungan kembali.
· Petugas menyiapkan alat dan Obat suntik KB.
· Petugas melakukan aspirasi obat suntik KB ke dalam spuit disposible yang sesuai.
· Petugas melakukan anti septik dengan kapas alkohol pada lokasi yang akan disuntik.
· Petugas melakukan penyuntikan secara intra muskuler, kemudian aspirasi untuk memastikan
ujung jarum spuit tidak masuk ke pempuluh darah, lanjut menyemprotkan obat suntik KB
sesuai dosis dan mencabut jarum spuit dari tempat suntikan.
ujung jarum spuit tidak masuk ke pempuluh darah, lanjut menyemprotkan obat suntik KB
sesuai dosis dan mencabut jarum spuit dari tempat suntikan.
· Petugas melakukan anti septik kembali pada luka bekas suntikan.
· Petugas membuang spuit bekas ke tempat sampah medis yang tersedia.
· Petugas menyerahkan Kartu KB yang telah diisi kepada akseptor.
· Petugas melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-1 dan Register KB.
========================================================
ALUR PELAYANAN KELUARGA BERENCANA ( KB ) DI KLINIK KB PUSKESMAS SUKOSARI
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN PEMERIKSAAN ANC
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas KIA dalam pelaksanaan pelayanan pemeriksaan Ibu hamil (ANC).
2. SASARAN :
Petugas KIA dalam mempersiapkan alat / sarana untuk memberikan pelayanan pemeriksaan Ibu hamil.
3. URAIAN UMUM :
· Persiapan ruangan dan alat lengkap, alat pemeriksaan ( timbangan, ukuran panggul, tensi dan alat
suntik ).
· Persiapan Vaksin TT dalam cold chain, tablet Fe dan Vitamin.
· Pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan.
· Penyuluhan.
· Pencatatan / rujukan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
· Petugas menerima kunjungan ibu hamil di Ruang KIA setelah mendaftar di loket pendaftaran.
· Petugas melakukan Anamnesa :
o Menanyakan Identitas.
o Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu.
o Menanyakan riwayat menstruasi.
o Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi.
o Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga.
o Menanyakan keluhan pasien.
o Mempersilahkan Ibu hamil ke Laboratorium untuk periksa Hb dan golongan darah ( untuk Bumil dengan K1 ), pemeriksaan Hb diulang pada umur kehamilan trimester III, serta pemeriksaan laboratorium lainnya ( seperti protein urin, reduksi urin ) atas indikasi.
· Informed Consent
· Petugas melakukan pemeriksaan :
o Tinggi Badan, Berat Badan, LLA, Tekanan darah.
o Petugas melakukan Inspeksi kepada pasien.
o Mengukur ukuran panggul ( bila ada indikasi : TB < 145 cm ) / anak I
o Memeriksa TFU, posisi janin, presentasi janin.
o Pemeriksaan DJJ.
· Petugas memberikan Imunisasi TT1 sambil memberitahukan ulangan TT2 yang akan datang.
· Petugas memberikan penyuluhan ( gizi bumil, Hygiene perorangan, perawatan payudara selama
kehamilan, pentingnya periksakan kehamilan secara rutin sesuai umur kehamilan ), pesan supaya
pada saatnya nanti melahirkan di tenaga kesehatan.
· Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort Hamil.
· Petugas menulis resep ( Kalsium Laktat, Fe, Vitamin C ).
· Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan rujuk ke RSU / dokter spesialis serta
melakukan kunjungan rumah pasien ( perkesmas ).
· Petugas merujuk ke Ruang Pengobatan / Gilut pada pemeriksaan pertama ( K1 ) atau bila ada indikasi.
· Petugas mencatat ke kohort ibu sesuai Kartu Ibu.
ALUR PEMERIKSAAN IBU HAMIL ( ANC )
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN PEMERIKSAAN DALAM PADA PERSALINAN
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN :
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara memasukkan jari telunjuk dan jari tengah pada saat persalinan.
2. TUJUAN :
· Mengetahui kemajuan persalinan
· Mengetahui keadaan jalan lahir
· Untuk menentukan diagnosa
3. KEBIJAKAN :
Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam atau bila ada indikasi
4. SASARAN
Bidan atau Tenaga Medis dalam melakukan pemeriksaan dalam.
5. PERSIAPAN :
· Sarung tangan steril
· Bengkok
· Kapas DTT
· Larutan klorin 0,5 %
6. PROSEDUR
· Ibu diberitahu tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
· Cuci tangan
· Pakai sarung tangan
· Ibu jari dan telunjuk tangan kiri membuka labia dan tangan kanan mengambil kapas vulva higiene
dan menghapus vulva dari atas kebawah
· Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah
komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
· Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk tangan kiri dipindahkan keatas fundus untuk memfiksasi bagian bawah janin.
· Yang diperhatikan pada saat pemeriksaan dalam yaitu:
o Keadaan vulva
o Keadaan perinium
o Keadaan vagina
o Adanya sistokel dan
o Pengeluaran pervaginam
o servik : posisi, konsitensi, dilatasi ( pembukaan ), penipisan
o kantong ketuban
o presentasi,titik penunjuk (denominator) moulage dan posisi
o penurunan kepala
H I : setinggi PAP
H II : sejajar HI melalui pinggir bawah sympisis
H III : sejajar dengan HI melalui spinae ischiadica
H IV : sejajar dengan HI melalui ujung os coccygis
· Keluarkan tangan pelan-pelan
· Cuci Tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam keadaan terbalik
· Dokumentasikan hasil pemeriksaan
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN PEMERIKSAAN LUKA JALAN LAHIR DAN ROBEKAN PORSIO
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Pemeriksaan yang dilakukan pada jalan lahir setelah plasenta lahir.
2. TUJUAN
· Untuk menemukan lokasi dan tingkat robekan pada jalan lahir
· Mengurangi perdarahan pada robekan.
3. KEBIJAKAN
Robekan jalan lahir terpantau dengan tepat dan benar
4. SASARAN
Bidan atau petugas medis dalam melakukan pemeriksaan luka jalan lahir dan robekan porsio.
5. PERSIAPAN
· Handscoen
· Gaas steril
· Lampu sorot
· Tang ovum
· Spekulum mono
· kapas DTT
· Larutan klorin 0,5%
· APD
6. PROSEDUR
· Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
· Penolong memakai APD
· Pastikan kontraksi uterus baik
· Bersihkan vulva dengan kasa untuk memudahkan melihat jalan lahir
· Membuka labia dan asisten disuruh untuk memfokuskan lampu sorot
· Melihat perlukaan dari perinium, sepanjang labia dan dinding dengan melakukan penekanan
menggunakan tangan
· Jika tidak ada perlukaan tetapi perdarahan masih aktif dan kontraksi uterus baik,waspada adanya
robekan porsio
· Pasang spekulum sims/L pada sisi atas dan bawah
· Jepit bibir atas dan bawah porsio dengan tang ovom.Gerakkan ke kanan untuk melihat robekan pada sisi kiri dan gerakkan ke kiri untuk melihat robekan pada sisi kanan.
· Jika tidak ada perlukaan jalan lahir,bersihkan tubuh ibu.jika ada perlukaan,lanjutkan ke teknik
penjahitan
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN :
Asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran
2. TUJUAN :
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan sponton serta mencengah Hypotermi.
3. SASARAN :
Tenaga bidan dan medis dalam melakukan perawatan bayi baru lahir.
4. PERSIAPAN :
· Delee
· Klem 2 buah
· Penjepit tali pusat
· Gelas steril
· Handuk kering
· Salep mata
· Metelin
· Penimbangan bayi
· Kartu bayi
· Pakaian bayi 1 set
5. PROSEDUR
· Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih
· Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih, kain bersih dan kering untuk bayi
· Menyiapkan obat tetes mata / salep mata
· Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
· Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak menangis, cepat bersihkan
jalan nafas dengan delee, jika tetap tidak menangis segera lakukan tindakan sesuai standar :
penanganan asfiksia pada bayi baru lahir
· Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih,dan hangat. Kemudian pakaikan kain kering
yang hangat,berikan bayi kepada ibunya untuk didekap di dadanya serta diberi ASI karena akan
membantu pelepasan placenta
· Jaga agar bayi tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh )
· Memotong dan mengikat tali pusat
· Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan tidak ada perdarahan
· Menutup tali pusat dengan gaas kering
· Melengkapi surat keterangan lahir bayi
· Sesudah 5 menit lakukan penilaian keadaan umum bayi dengan Apgar score.
· Melakukan pemeriksaan fisik bayi
· Mengukur BB / PB
· Megukur tanda vital bayi, ukur dulu dengan termometer yang diletakkan di ketiak atau anus bayi.
· Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi
· Memberikan salep mata
· Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui segera setelah lahir paling lambat 1 jam pertama
· Pastikan bayi tetap terbungkus/mengenakan pakaian hangat dan tutup kepala
· Membantu ibu untuk menyusui bayi
· Mencuci tangan
· Memperhatikan pengeluaran urine dan mekonium
· Melakukan pencatatan semua yang ditemukan di kartu ibu dan bayi serta lakukan kolaborasi bila ada kelainan
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM (HPP)
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
2. TUJUAN
Mengenali dan mengambil tindakan yang tepat pada perdarahan post partum
3. KEBIJAKAN
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan suatu kegawatan segera ditangani.
4. SASARAN
Bidan atau tenaga medis dalam memberikan penanganan perdarahan pervaginam.
5. PERSIAPAN
· Sarung tangan steril,gaas ster
· Bengkok,obat uterotonika : 2 ampul, spuit 3 cc : 2 buah
· Abocath: 1buah,Blood set :1buah, cairan RL,gunting,plaster
6. PROSEDUR
· Mencuci tangan secara efektif
· Menyiapkan alat-alat/fasilitas tindakan gawat darurat
· Melakukan pemeriksaan umum tanda vital
· Memantau tanda-tanda shock hypopolemik,segara lakukan tindakan penanganan shock
· Melakukan pemeriksaan palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus baik atau lembek.
· Melakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah
· Mengeluarkan stolsel yang menghalangi kontraksi uterus yang efektif
· Memberikan suntikan oxytocin 10 IU IM
· Memasang cairan infus IV
· Melakukan chateterisasi/ memantau cairan masuk dan cairan keluar
· Memeriksa kelengkapan placenta
· Memeriksa sumber perdarahan
· Jika perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus baik kemungkinan dari robekan jalan
lahir,segera lakukan penjahitan.
· Jika karena atonia uteri lakukan kompresi bimanual bila tidak berhasil rujuk
========================================================
PROSEDUR PENGOBATA N
PELAYANAN ANASTHESI LOKAL SEBELUM PENJAHITAN JALAN LAHIR
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Pembiusan yang dilakukan pada perlukaan jalan lahir sebelum dilakukan penjahitan .
2. TUJUAN
Sebagai pedoman bagi tenaga medis atau bidan dalam melakukan anastesi jalan lahir.
3. SASARAN
Tenaga bidan atau medis dalam melakukan anastesi jalan lahir di ruang persalinan Puskesmas atau ponkesdes
4. PERSIAPAN
· Spuit 5 cc
· Lidokain 1%
· Kasa steril
· Alas bokong
· Kapas DTT
· Sarung tangan
5. PROSEDUR
· Beritahu ibu akan dilakukan penyuntikan untuk mengurangi rasa sakit saat penjahitan
· Penolong menggunakan sarung tangan DTT
· Alas bokong dipasang
· Bersihkan luka jalan lahir dengan kapas DTT
· Masukkan jarum pada ujung laserasi atau luka dan dorong masuk kearah bawah antara mukosa dan kulit perineum sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitnya akan masuk atau keluar
· Aspirasi dan kemudian injeksinya anastesi tersebut sambil menarik jarum ke titik dimana jarum
masuk.Atau jika tidak dilakukan aspirasi maka setelah spuit dimasukkan sampai dalam kemudian
ditarik sambil disemprotkan perlahan-lahan
· Hentikan penginjeksiaan anastesi atau jangan jarum dicabut tapi dibelokkan kembali jarum sepanjang garis lain dimana direncanakan akan dibuat jahitan.
· Ulangi proses penusukan jarum pada ujung luka disebelahnya,sehingga seluruh daerah kemungkinan akan dijahit sudah dianastesi
· Tunggu beberapa lama dan sambil melakukan penekanan dengan gaas pada luka
· Tanyakan apakah ibu merasa nyeri atau tidak
o jika ibu merasa nyeri jangan dulu melakukan penjahitan
o jika ibu sudah tidak merasa nyeri lakukan penjahitan luka
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN MEMANDIKAN BAYI DAN MERAWAT TALI PUSAT
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Membersihkan tubuh bayi dengan menggunakan sabun dan air hangat dengan suhu 38o C dimana keadaan suhu bayi sudah stabil
2. TUJUAN
· Membersihkan seluruh tubuh bayi
· Menjaga bayi selalu nyaman, sehat, dan segar
3. KEBIJAKAN
Perawatan tali pusat dilakukan dengan sistem aseptic.
4. PERSIAPAN
· Pakaian bayi lengkap
· Kapas mata
· Kapas cebok
· Gaas steril
· Ember bayi
· Air hangat dengan suhu 38
· Sabun bayi
· Sisir bayi
· Handuk
· Tempat tidur bayi yang bersih dan aman
· Ruangan hangat
· Masker, celemek
5. PROSEDUR
· Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir
· Bayi diposisikan membujur dan pakaian bayi dilepas
· Bersihkan mata bayi dengan kapas mata dari dalam keluar
· Bersihkan pantat dari tinja sebelum dimandikan agar air mandi tetap bersih
· Bersihkan kelamin bayi dengan hati-hati
· Bayi disabun mulai dari leher,dada,perut ( tali pusat disabun dari ujung ke pangkal ) dilanjutkan
kebagian kaki,terakhir kepala dan lengan
· Bilas bayi mulai dari muka,lengan,dada,perut,paha,dan kaki
· Bayi diposisikan telungkup,kemudian bersihkan leher belakang,tengkuk,punggung,dan pantat
· Bayi dikeringkan dengan handuk
· Rawat tali pusat,dikeringkan dengan gaas steril
· Bayi diberi pakaian lengkap
· Bersihkan alat dan lingkungan
· Cuci tangan
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN TINDAKAN AMNIOTOMI
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Pemecahan ketuban yang dilakukan sesuai indikasi
2. TUJUAN
· Mempercepat proses persalinan
· Merangsang kontraksi uterus
3. KEBIJAKAN
Amniotomi dilakukan sesuai dengan indikasi .
4. PERSIAPAN
· 1/2 kocher
· Kapas DTT
· Sarung Tangan
· Bengkok
· Alas bokong
· Alat-alat APN
· Larutan klorin 0,5%
5. PROSEDUR
· Informasikan tentang tindakan yang akan dilakukan.
· Penolong menggunakan sarung tangan steril.
· Vulva hygiene
· Lakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaaan serta tidak adanya bagian kecil janin / tali pusat
· Tangan kiri mendekatkan bengkok kedepan vulva
· Ambil ½ kocher dan wadah DTT dengan tangan kiri
· Masukkan ½ kocher yang dipegang tangan kiri dituntun oleh tangan kanan dengan bagian tajam
menghadap ke jari pemeriksa hingga bisa merasakan atau menyentuh selaput ketuban
· Saat his berkurang kekuatannya,gerakkan ujung jari tangan kanan menuntut ujung ½ kocher
menggores selaput ketuban 1-2 cm hingga ketuban pecah
· Keluarkan ½ kocher dari vagina dengan tangan kiri, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
· Pertahankan jari tangan kanan dalam vagina untuk melebarkan robekan selaput ketuban, merasakan penurunan kepala janin dan untuk memastikan tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat menumbung.
· Keluarkan tangan kanan dan perhatikan warna serta jumlah air ketuban
· Cuci sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% dalam keadaan terbalik
· Periksa DJJ.
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Persalinan yang berlangsung dari pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin (kala pengeluaran)
2. TUJUAN
· Mendeteksi dini kelainan dan komplikasi.
· Membantu ibu dalam proses persalinan berlangsung aman.
3. KEBIJAKAN
Asuhan Persalinan Normal
4. PERSIAPAN
· Kapas DTT
· Air DTT
· Larutan klorin 0,5 %
· 1/2 kocher
· Gunting tali pusat
· Klem tali pusat
· Gunting episiotomi
· Spuit 3cc
· Oxytocin 3 ampul
· Tensimeter + thermometer
· Funanduscop
· Slym de lee
· APD (sarung tangan,celemek,sepatu,kaca mata,masker)
5. PROSEDUR
· Pastikan tanda dan gejala kala II ( Doran teknus,perjol,vulka )
· Patahkan ampul oksitosin 10 IU, spuit dibuka, masukkan kedalam wadah partus set.
· Penolong menggunakan APD.
· Lakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap.
· Bila selaput ketuban belum pecah, lakukan pemecahan ketuban.
· Celupkan tangan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % dan sarung tangan dibuka.
· Periksa DJJ
· Pimpin ibu meneran
· Pasang alas bokong
· Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
· Lahirkan kepala, bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera setelah kepala lahir lakukan
penghisapan pada mulut dan hidung janin menggunakan slym delee
· Usap muka janin dari lendir dan darah dengan menggunakan kain kasa
· Periksa belitan tali pusat
· Tunggu hingga kepala janin putar paksi luar
· Lahirkan badan dan tungkai
· Tangani bayi baru lahir
o keringkan bayi
o Potong tali pusat
· Lakukan manajemen aktif kala III
· Periksa robekan jalan lahir
· Lakukan penjahitan bila terjadi robekan
· Observasi 2 jam PP
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN MANAJEMEN AKTIF KALA III
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya placenta
2. TUJUAN
· Menurunkan kejadian perdarahan post partum
· Mengurangi lamanya kala III
· Mengurangi angka kematian dan kasakitan yang berhubungan dengan perdarahan
3. SASARAN
Bidan atau medis dalam melakukan tindakan untuk mempercepat lahirnya placenta.
4. PERSIAPAN
· Oxytocin 10 IU
· Spuit 3 cc
· Sarung tangan
5. PROSEDUR
· Palpasi abdominal untuk memastikan tidak ada janin kedua
· Beri penjelasan pada ibu bahwa akan dilakukan injeksi pada paha
· Injeksi oxytocin 10 IU IM pada bagian lateral dari paha ibu kira-kira 1/3 atas paha dalam waktu 1
menit dari kelahiran bayi
· Pindahkan klem tali pusat diujung, tempatkan kira-kira 5-10 cm dari vulva
· Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT ) dengan cara:
o Letakkan tangan kiri diatas symfisis
o Tegangkan tali pusat dengan tangan kanan
o Dorong uterus kearah dorso kranial pada saat ada his dan terlihat tanda-tanda pelepasan placenta, sementara tangan kanan menegangkan tali pusat
o Bila dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi, ulangi pemberian oxytocin 10 IU
· Keluarkan placenta
· Setelah plasenta lahir,segera tangan kiri melakukan masase fundus uteri menggunakan palman
dengan gerakan melingkar sampai uterus berkontraksi
· Sementara itu tangan kanan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
· Tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan,cuci tangan dengan larutan klorin
========================================================
PROSEDUR KIA
PELAYANAN PERAWATAN VULVA DAN PERINEUM MASA NIFAS
NO : 04/PK.405.0904/2011
TERBIT KE : I
TANGGAL : 29 April 2011
1. PENGERTIAN
Membersihkan daerah vulva dan perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari pasca salin dan masih menjalani rawat Inap.
2. TUJUAN
· Vulva dan perineum bersih
· Mencegah iritasi dan infeksi
· Meningkatkan rasa nyaman ibu
3. KEBIJAKAN
· Dilakukan setiap hari minimal dua kali.
· Bimbingan diberikan sampai ibu mampu melakukannya sendiri
4. SASARAN
Bidan atau petugas medis dalam melakukan perawatan vulva pada masa nifas.
5. PERSIAPAN
· 1 pasang sarung tangan
· Kapas
· Air DTT
· Perlak dan pengalas
· Celana Dalam
· Pembalut wanita
· Bengkok
· Kassa Steril
· Betadin
6. PROSEDUR
· Cuci Tangan
· Siapkan alat-alat
· Minta penunggu keluar
· Siapkan lingkungan dan jaga privasi pasien
· Jelaskan prosedur
· Atur Ibu dalam posisi Dorsal Recumbent
· Bantu ibu melepaskan pakaian bawah
· Beri selimut
· Pasang pengalas di bawah bokong ibu
· Letakkan bengkok di depan vulva
· Cuci Tangan
· Pakai sarung tangan
· Periksa keadaan lokea : warna, jumlah, dan bau
· Ambil kapas air DTT, bersihkan vulva dan perineum sebagai berikut:
o Ambil kapas, bersihkan mulai lipatan paha atas menuju ke arah luar paha kiri, sampai seluruh permukaan kulit bagian dalam bersih
o Lakukan langkah (b) untuk paha kanan
o Ambil kapas DTT,bersihkan labia mayora kiri dari arah atas ke bawah
o Lakukan langkah (d) untuk labia mayora kanan
o Buka labia minora dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
o Ambil kapas DTT, bersihkan mulai klitoris menuju ke bawah sampai anus
· Perhatikan keadaan perineum; adakah lepas jahitan/jahitan longgar, bengkak, kemerahan
· Rawat luka jahitan dengan kassa steril yang diberi betadin
· Pasang celana dalam dan pembalutnya
· Angkat pengalas
· Anjurkan ibu untuk ganti pembalutnya setiap kali basah.
===================================================